My Coldest CEO

98| Spoiled Behavior



98| Spoiled Behavior

0Sama dengan layaknya Felia dan Leo, kini Azrell dan Rio juga merupakan pengantin baru ya walaupun sudah lebih dulu dua minggu lalu tapi tetap saja mereka masih baru menjalani pernikahan belum ada satu bulan.     
0

Menatap perut buncit Azrell yang memang juga sama buncitnya dengan milik Felia, Rio mengulas sebuah senyuman hangat. Malam ini Lina tengah menginap ke mansion besar Leo, jadilah tinggal mereka berdua di rumah ini bersama dengan para pelayan. Tadi, Felia menawarkan untuk ke sana namun Azrell menolak dengan alasan ingin ketenangan karena lelah dan ingin beristirahat.     

Ya Rio paham dengan masa lalu mereka berdua namun penolakan Azrell tadi sama sekali tidak ada hubungannya kok, namanya wanita hamil sudah dapat di pastikan memang cepat lelah.     

"Kamu merasa ada pergerakan dari bayi kita?" tanyanya sambil menjulurkan tangan untuk mengelus perut milik wanitanya yang juga sudah sah menjadi istri.     

Tidak ada lagi hal yang paling bahagia jika dibandingkan dengan pernikahannya yang tak kalah mewah dengan milik Leo. Semuanya terasa sempurna, bahkan di dinding kamar mereka sudah terpasang jelas foto pre-wedding sampai benar-benar wedding. Tak hanya di kamar, di ruang tamu dengan bangganya ia memajang dengan bingkai foto yang lumayan besar.     

Azrell yang mendengar pertanyaan itu pun menganggukkan kepala, ia meninggalkan layar ponsel yang sedaritadi menjadi objek tatapnya. "Ada, dia menendang-nendang ku." jawabnya dengan kekehan kecil.     

Walaupun fase pernikahannya lebih tua daripada Felia, sudah pasti apa yang dirasakan mereka berdua tak akan jauh berbeda.     

"Iya? menurut USG bayi kita perempuan, aku sangat bahagia karena nanti bisa mengurus putri kecil yang mungkin memiliki sifat keras kepala sepertinya kamu."     

"Dan banyak bicara juga kayak kamu," sambar Azrell sambil menjulurkan lidahnya.     

Sedaritadi mereka padahal tengah diam karena Azrell sedang melihat-lihat media sosial entah itu melihat foto-foto atau video random yang tentu saja muncul di beranda. Tidak ada percakapan, dan ya sepertinya Rio tidak tahan akan hal itu makanya segera menanyakan pertanyaan tentang perkembangan kehamilan sang istri.     

"Kalau banyak bicara itu tandanya friendly, bisa bergabung dengan banyak orang. Tidak akan pernah kehabisan topik pembicaraan, bisa jadi pewawancara atau bahkan si narasumber. Pokonya public speaking gitu deh,"     

Ucapan Rio mampu membuat Azrell terkekeh pada detik ini juga. Padahal apa yang laki-laki itu katakan 100% penuh kebenaran, ya entah kenapa hal itu justru mengingat Rio yang mengatakan hal tersebut seperti tengah memuji diri sendiri.     

"Iya nanti putri kecil kita akan ku ajarkan menjadi sekretaris handal yang sangat pandai berbicara di depan para kolega besar dan karyawan, supaya meneruskan perjalanan ku.." ucap Azrell, ia benar-benar wanita yang mementingkan terjalinnya masa depan yang cerah untuk sang buah hati.     

Rio terkekeh kecil, lalu mulai mempunyai ide untuk menjahili wanitanya. "Mengikuti perjalanan mu sampai terjebak cinta juga ya sama CEO kaya raya?" tanyanya dengan alis yang terlihat naik turun pertanda ia tengah menggoda sang istri.     

Azrell yang tadinya menampilkan sebuah senyuman tulus pun langsung saja menatap Leo dengan bringas, rasanya ingin menarik rambut Rip kuat-kuat sampai laki-laki itu me-ngampun kesakitan. Tidak bisa di ajak romantis memang, pasti nanti tiba-tiba dia langsung mengganggu dirinya dengan berbagai hal aneh.     

"Dasar, tidak begitu juga, Rio!" pekiknya sambil mengambil bantal yang berada tak jauh dari jangkauannya lalu memukuli laki-laki tersebut dengan tenaga yang cukup kuat, namun tetap saja menurut Rio itu bukan hal yang menyakitkan, justru terasa geli. "Kamu menyebalkan, Rio! tidak bisa romantis bisanya menjahili aku doang." sambungnya, namun kali ini ia menghentikan aksinya yang terlihat sedikit brutal karena memukuli sang suami walaupun hanya dengan sebuah bantal.     

Rio tertawa puas, ia sangat senang jika bisa membuat Azrell merasa sebal dengan kelakuannya. Dengan wajah tak berdosa sedikitpun, ia langsung menarik lengan wanitanya dengan perlahan supaya kembali mendekat dengannya. "Jangan begitu ah jelek nanti, maaf-maaf kan namanya aku hanya mengingatkan kamu tentang kejadian buruk itu supaya nantinya tidak terjadi lagi dengan generasi penerus."     

Azrell memutar kedua bola mata, baginya ucapan Rio hanya sekedar deretan kata yang tidak berarti apapun. "Sana ah, ngapain juga jadiin diri aku dekatan diri sama kamu? males aku sama kamu ah, minta maaf dulu dan rayu aku!"     

"Ingin si rayu seperti apa sayang....? jangan begitu ah aku kan bercanda masa karna hal itu malah membuat kamu marah sampai merajuk sih."     

Rio mengambil dagu tirus Azrell karena wanita itu kini mengalihkan pandangan --enggan menatap ke arahnya--, menjadikan wanitanya itu kembali menatap wajah tampan miliknya yang mempesona. Ah baiklah, Rio memang kelewat sangat percaya diri.     

"Apa? mau aku gigit?!" seru Azrell sambil membuka kedua mulutnya dan langsung mengambil tangan Rio yang berada di dagunya, ia mengambil pose seperti benar-benar ingin menggigit tangan itu.     

Rio mengangkat bahunya, merasa kalau ucapan Azrell sama sekali tidak menakutinya. "Coba saja kalau bisa," ucapnya yang malah balik menantang.     

Setahu Rio, kalau wanita balik di tantang justru nanti ia mengurungkan niatnya dan tidak jadi berbuat sesuatu yang tadinya ingin di lakukan.     

Mendapatkan jawaban yang menjerumus ke arah perintah, tanpa aba-aba Azrell langsung saja menggigit tangan kekar Rio. Memang wanita satu ini berbeda dari yang lain, bahkan tingkahnya sekalipun.     

Rio refleks menarik tangannya yang terasa berdenyut nyeri karena benar-benar di gigit oleh Azrell. Ia meniup-niupkan tangannya, benar-benar terasa sakit. "Ih kenapa di gigit beneran sih?" tanyanya dengan senyuman yang di tekuk, kini terlihat kalau dirinya yang ingin merajuk.     

"Tadi kamu sendiri yang nyuruh aku, masa iya lupa? ya sudah deh aku gigit beneran, kan aku tidak salah dengan hal itu."     

"Ya tapi kan.. ish tolong obati dede terluka Mom.."     

Rio sekarang ber-cosplay layaknya seorang bayi yang terluka dan meminta pada Mommy-nya untuk segera di obati agar tidak infeksi.     

Azrell menyipitkan kedua matanya, menatap Rio dengan sangat tajam dari atas sampai bawah. "Bodo amat, siapa yang suruh berani sama aku!" serunya sambil melengos. Tidak peduli dengan tatapan laki-laki yang berada di sampingnya ini kian menurun, menandakan kalau ia tidak mau bertanggung jawab dengan perbuatannya.     

"Ih jahat, cium nih!"     

"Bodo amat!"     

Mendengar itu, kedua mata Rio langsung berkilat. Ia memajukan tubuh namun kepala yang paling unggul karena kini ia sudah meraih tengkuk Rio dan segera melumat bibir mungil tersebut.     

Akhirnya, kedua bibir mereka yang sama-sama menjadi candu pun saling ber-pangutan menyalurkan perasaan sayang satu sama lain yang sangat seirama. Tangan kekar Rio menahan kepala belakang Azrell supaya memperdalam lumatan mereka, menambah kenikmatan yang sungguh teramat luar biasa.     

Sekitar dua menit tanpa mengambil napas baru, mereka berciuman dan saling menukar saliva yang menambah kenikmatan sebagai sepasang kekasih yang tengah di mabuk asmara.     

Setelah puas, Rio menghentikan kegiatannya yang mengabsen setiap deretan gigi Azrell. Lalu memundurkan kepala, yang otomatis lumatan mereka terlepas.     

Saling menatap satu sama lain, lalu senyuman Rio terlihat jelas dan sangat menawan. "Kamu cantik, jangan kebanyakan merajuk ya sayang. Maaf karena aku belum bisa jadi sosok yang kamu inginkan, aku begitu ya supaya... hubungan kita semakin hidup nantinya." ucapnya dengan suara bariton yang terdengar sangat tulus.     

Baginya kalau hanya keromantisan yang membingkai suatu hubungan, sudah jelas hubungan akan terasa sangat datar karena tidak ada canda dan tawa. Ya ini hanya menurutnya saja sih, ia bisa kok jadi romantis tapi bukan dalam waktu yang berturut-turut.     

Azrell mengerjapkan kedua bola matanya, padahal sudah sering Rio mengatakan padanya kalau laki-laki itu memang memiliki sifat yang seperti ini dan tidak akan ingin mengubahnya.     

"Iya sayang, maafin juga udah gigit kamu tanpa raaa bersalah."     

"Iya nih sakit..."     

Tiba-tiba Rio kembali merengek layaknya anak kecil yang mengadu pada Mommy-nya karena terluka, bahkan ia menjulurkan tangan untuk memberitahukan letak tubuhnya yang sakit.     

Azrell berdecak gemas, bukan decakan kesal atau sebagainya. Ia menjulurkan tangannya untuk mengacak-acak rambut Rio dengan gemas, benar-benar menggemaskan. "Iya sayang, tunggu ya aku ambilkan P3K terlebih dulu." ucapnya dengan menunjukkan sebuah senyuman yang sangat tulus.     

Baru saja Azrell ingin beranjak dari duduknya, tiba-tiba saja sebuah tangan kekar mencekal pergelangan tangannya dan tentu saja langsung membuat dirinya tidak jadi beranjak dari duduk.     

"Kenapa lagi, Rio? tadi kamu bilang minta di obati dan sekarang menahan tangan ku, tidak jadi?"     

"Bukannya begitu, jangan pakai obat-obatan tapi pakai ini." Rio mendekatkan tangannya yang beberapa menit lalu di gigit oleh Azrell, ke mulut Azrell. "Tiup saja dengan perlahan," sambungnya sambil memberikan aba-aba seperti meniup.     

Terkekeh geli dengan tingkah Rio, akhirnya Azrell menganggukkan kepalanya mengerti dengan apa yang dikatakan oleh laki-laki tersebut. "Iya sayang," meraih tangan Rio lalu meniup tangan yang tadi ia gigit itu dengan hembusan kecil sambil diusap perlahan-lahan.     

"Makasih sayang, sudah lebih baikan."     

"Iya sama-sama jangan manja makanya jadi laki-laki, huh."     

"Biarin, habisnya kan yang ganas dan galak itu kamu. Bukan aku, kita seperti keterbalikan."     

Rio mengerling, menatap Azrell dengan tatapan mesum yang tak bisa di artikan lebih jelas lagi. "Aku mau kamu, boleh gak?" tanyanya dengan nada bariton rendah, bahkan kini tangannya sudah merembet ke bagian sensitif wanitanya yang berada di bagian dada.     

Entah mengapa, yang tadinya Azrell kesal dengan laki-laki satu ini tiba-tiba ia malah menggigit bibir bagian dalamnya, merasa nikmat yang luar biasa. Mungkin saja ikut karena efek nafsu dan juga efek kehamilan menjadi satu.     

Tanpa banyak basa-basi lagi, Rio paham kalau Azrell sudah diam pasti wanitanya itu menerima namun malu untuk mengiyakan.     

"Baiklah, bermain dengan ku ya sayang aku janji akan melakukannya dengan perlahan."     

Setelah itu akan ada kejadian panas di antara mereka berdua, olahraga malam yang sepertinya akan membuat masing-masing dari mereka merasa lelah namun penuh dengan kenikmatan yang di rasakan keduanya.     

...     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.